Dikutip dari Reuters, TikTok yang merupakan aplikasi dibawah naungan ByteDance, memiliki 7 ribu pekerja di Amerika Serikat. Pihak TikTok juga tetap akan membuka kantor mereka di Amerika Serikat meski aplikasinya diblokir.
"Saya tidak bisa cukup menekankan bahwa kesejahteraan Anda adalah prioritas utama dan yang paling penting, saya ingin menegaskan bahwa sebagai karyawan di AS, pekerjaan, gaji, dan tunjangan Anda aman, dan kantor kami akan tetap buka, bahkan jika situasi ini belum terjadi. Belum diselesaikan sebelum batas waktu 19 Januari," kata TikTok di dalam dokumen tertulisnya, Rabu (15/1/2025).
Layanan TikTok juga akan berkurang fungsinya secara perlahan pada 19 Januari, dan kemudian akan hilang seiring tegaknya aturan pemblokiran.
TikTok juga telah menjalin komunikasi dengan Presiden terpilih, Donald Trump, yang akan dilantik pada 20 Januari 2025, atau sehari setelah pemblokiran.
“Tim kepemimpinan kami tetap fokus pada perencanaan berbagai skenario dan terus merencanakan langkah ke depan,” kata TikTok.
Pihak TikTok akan tetap menjaga hubungan dengan 170 juta pengguna aplikasi mereka yang tersebar di seluruh wilayah Amerika Serikat. Hal itu mengingat sejumlah aplikasi lain telah bersiap untuk menggeser TikTok usai pemblokiran dimulai.
Baca juga:
- Pembatasan Medsos dan Gadget untuk Siswa Bak Pisau Bermata Dua
- Saat Pasangan Enggan Mengunggah Foto Mesra di Media Sosial
- Benarkah TikTok akan Dibanned di AS, Kapan, & Apa Penyebabnya?