Saat Generasi Muda Lebih Pilih Balas Chat daripada Jawab Telepon
Detailnya, survei menunjukkan 23 persen responden di kelompok usia tersebut menjawab setuju atau sangat setuju ketika ditanya tidak pernah mengangkat panggilan telepon. Angkanya jauh lebih tinggi dibanding jawaban serupa dari kelompok responden 35-44 tahun (9 persen), dan kelompok di atas 55 tahun (8 persen).
Ini menunjukkan kecenderungan kelompok muda mengabaikan panggilan telepon masuk. Mereka lebih memilih membalas melalui pesan teks atau mencari nomor tersebut secara daring jika tidak mengenalinya.
Panggilan telepon secara tiba-tiba dari kerabat atau keluarga, secara umum diasosiasikan oleh mayoritas responden (43 persen), dengan kabar buruk. Secara khusus di kelompok usia 18-34 tahun, asosiasi ini dipilih mayoritas responden (56 persen).
Meski merupakan hasil survei di Inggris, tren anak muda menghindari panggilan telepon nampaknya juga terjadi di belah dunia lain, termasuk Indonesia. Tirtosempat menghimpun beberapa perspektif anak muda di kelompok usia 18-34 di Indonesia pada Kamis (9/1/2025) dan mendapat gambaran serupa.
Zelan (21), mahasiswa tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi juga mengaku lebih nyaman berkomunikasi via pesan singkat. “Kalau ditelepon suka cemas. Karena biasanya kalau orang telepon tuh urusannya pasti penting, jadi ada rasa cemas, takut ada peristiwa buruk” ujarnya menjawab pertanyaan Tirto.
Hal senada diungkapkan Peni (26). Ia juga memilih model komunikasi via teks ketimbang audio atau telepon. Apalagi jika berkomunikasi dengan orang yang dia rasa belum terlalu dekat.
“Aku preferchatdulu sebelum ditelepon. Biar aku siap, sekiranya kalau ditelepon mau ngomong apa,” tambah dia.
Situasi ini juga tergambar dari survei Uswitch. Di kelompok responden 18-34 tersebut, sebanyak 68 persen mengaku lebih memilih diinformasikan terlebih dahulu jika akan ditelepon.
“Takut salah salah ngomong sih, karena kalau berinteraksi lewat callitu berasa lebih intens,” tutur Kevin (30) dari kelompok milenial muda, yang juga mengaku lebih senang berkomunikasi via pesan singkat.
Menurut dia, komunikasi via aplikasi pengiriman pesan teks cenderung lebih aman. “Karena kalau chatbisa dipikir dan dihapus sebelum dikirim kan,” ujarnya.
Baca juga:
- Kala Kelas Menengah Berolahraga: Aku Lari, Maka Aku Ada
- Peran Gen Z dalam Penghapusan Presidential Threshold
Dari tiga orang anak muda yang kami ajak bicara itu, juga semua menyebut sempat mendapat telepon yang mengarah ke penipuan. Hal ini membuat mereka semakin ragu untuk mengangkat telepon, apalagi dari nomor yang tidak terdaftar di kontak.
Hal ini juga sejalan dengan survei Uswitch yang menyebut mayoritas responden (63 persen), tanpa memandang umur, menyebut alasan tidak mempedulikan telepon masuk sebab khawatir dengan penipuan ataupun telepon yang bersifat spam.
Terkait Kebiasaan yang Terbentuk Juga Kemungkinan Phone Anxiety
Menanggapi fenomena perpindahan kebiasaan berkomunikasi via telepon ke pesan singkat, Psikolog Klinis, Veronica Adesla, beranggapan, hal ini terkait dengan kebiasaan di generasi muda.
“Generasi ini tumbuh di era komunikasi digital, di mana mengirimkan pesan teks instan merupakan cara yang sehari-hari mereka gunakan untuk berkomunikasi satu sama lain,” ujarnya ketika dihubungi Tirto, Rabu (8/1/2025).
Dia juga menyebut, komunikasi pesan teks, memberi kendali bagi orang yang berkomunikasi untuk menyusun rangkaian kata yang tepat sebelum menyampaikan kepada orang yang dituju.
“Selain itu mengirimkan pesan teks juga bersifat fleksibel waktu, dalam arti orang yang dituju dapat membaca pesan tersebut sesuai dengan ketersediaan waktu dan preferensi waktunya,” ujar perempuan yang juga Co-founder of Ohana Space ini.
Dia juga menyebut sejumlah kebiasaan berkomunikasi via pesan singkat ini sebagai karakteristik Gen Z dan Milenial yang yang menghabiskan masa kecil/remajanya berkomunikasi tidak langsung via chat.
“Sementara itu survei Robert Walters (lembaga rekrutmen global di Amerika Serikat), pada 2024, juga menyebutkan bahwa 59 persen Gen Z dan Milenial lebih nyaman berkomunikasi via email/chat. Disebut juga 84 persen menganggap telpon itu kurang efektif waktu,” kata Veronica.
Veronica menambahkan, “Perbedaan era di generasi ini tentu membentuk perbedaan preferensi kenyamanan dan kebiasaan dalam berkomunikasi.”
Baca juga:
- Menakar Potensi & Risiko Penggunaan Teknologi Digital Afterlife
- Mengenal Micro-retirement, Tren Jeda Karier di Usia Produktif
Lebih lanjut, dia juga menerangkan adanya fenomena phone anxiety, yakni kondisi kecemasan berlebihan terhadap komunikasi lewat telepon. Dalam sebuah riset yang dilakukan oleh Face for Business pada 2019, menyebut 76 persen Milenial merasakan kecemasan saat mendengar bunyi telepon di tempat kerja. Nilainya hampir dua kali lipat dibanding generasi Baby Boomers(40 persen).
Menurut Veronica, terdapat beberapa hal yang dapat berkontribusi menimbulkan kecemasan saat mendengar dering telepon. Pertama terkait dengan rasa tidak nyaman, harus berkomunikasi secara langsung dan spontan.
“Sehingga merasa canggung, tidak percaya diri, tidak berani, takut salah bicara, ataupun cemas tidak yakin harus berbicara apa ataupun merespons bagaimana,” terangnya.
Kemudian asosiasi telepon dengan datangnya kabar buruk juga bisa menjadi penyebab kecemasan. Dewasa ini, telepon dari orang yang dikenal memang lebih umum terkait dengan hal yang darurat atau mendesak. Dalam beberapa kasus hal ini juga memicu rasa cemas karena mengantisipasi hal buruk yang akan didengar.
Berbicara via telepon juga bisa memberi tekanan yang kadang berujung kesulitan berpikir dan kesulitan menolak. “Termasuk menghadapi penilaian orang tersebut, isi percakapan orang tersebut, gaya bicara orang tersebut, tuntutan orang tersebut,” tambah dia lagi.
Terakhir, terkait dengan pengalaman buruk, seperti pernah menjadi korban penipuan atau pemerasan juga menjadi salah satu sebab kuatnya.
Baca juga:
- Penambahan Usia Pensiun Beban Baru bagi Buruh Jelang Masa Lansia
- Menyoal Efektivitas Tilang Sistem Poin, Ampuh Basmi Pungli?
- Pemda Seharusnya Berkomitmen Kelola Angkutan Umum secara Mandiri
saya ingin berkomentar
- kirim
Komentar Terbaru(0)
- tidak ada komentar
OLXTOTO menyarankan
- 2025-01-26 09:50:06PPDB 2025: Siswa Gagal Seleksi Akan Dialihkan ke Sekolah Swasta
- 2025-01-26 09:50:06BP2MI Dapat Dana Rp45 Triliun untuk Kredit Pekerja Migran
- 2025-01-26 09:50:06Alasan Prabowo Tak Hadiri Peluncuran Program MBG di 26 Provinsi
- 2025-01-26 09:50:06Hasto Minta KPK Jadwalkan Ulang Pemeriksaan Usai Acara HUT PDIP
- 2025-01-26 09:50:06Dirjen PDSPKP: Susu Ikan Inovasi untuk Capai Kemandirian Protein
- 2025-01-26 09:50:06Kronologi Pemerkosaan WNA oleh Pengemudi Ojek di Bali
- 2025-01-26 09:50:06Penarikan Ijazah Stikom Bandung dan Masalah Sistemis Pendidikan
- 2025-01-26 09:50:06Penjelasan Batik Air soal 2 Penumpang Diturunkan dari Pesawat
- 2025-01-26 09:50:06Pertaruhan Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta 2024
- 2025-01-26 09:50:06BP2MI Dapat Dana Rp45 Triliun untuk Kredit Pekerja Migran
Peristiwa Panas
- 2025-01-26 09:50:06Pemprov DKJ Minta Korban Kebakaran Kemayoran Pindah ke Rusun
- 2025-01-26 09:50:06Kronologi Penggelapan Mobil Rental Berujung Penembakan oleh TNI
- 2025-01-26 09:50:06Ide Sekolah Rakyat Jangan Jadi Bibit Diskriminasi & Kesenjangan
- 2025-01-26 09:50:06Alasan Imam
- 2025-01-26 09:50:06Menakar Kewarasan Program Makan Siang dan Susu Gratis
- 2025-01-26 09:50:06Mendikdasmen Kaji Pasar Modal Bisa Masuk ke Matematika & Ekonomi
- 2025-01-26 09:50:06Pramono Akan Ditetapkan Gubernur Jakarta Terpilih pada 9 Januari
- 2025-01-26 09:50:06Pengacara Alvin Lim Meninggal Dunia
- 2025-01-26 09:50:06Menghadapi Misinformasi di TikTok Jelang Pemilu
- 2025-01-26 09:50:06Korban Tumpahan Soda Api di Padalarang Ambil Uang Ganti Rugi
Hotspot Terbaru
- 2025-01-26 09:50:06Kenaikan Cukai Rokok dan Perlindungan Anak Jalanan
- 2025-01-26 09:50:06Maruarar Siapkan Skema Rumah Warga Penghasilan di Bawah Rp8 Juta
- 2025-01-26 09:50:06Maruarar Siapkan Skema Rumah Warga Penghasilan di Bawah Rp8 Juta
- 2025-01-26 09:50:061.923 Koperasi Desa Siap Dukung Program Makan Bergizi Gratis
- 2025-01-26 09:50:06Menag Minta KPK Awasi Pelaksanaan Haji hingga ke Arab Saudi
- 2025-01-26 09:50:06Menag Lobi Arab Saudi agar Jatah Pembimbing Haji Tak Dikurangi
- 2025-01-26 09:50:06Kemendikdasmen Hapus Istilah Ujian dalam Pelaksanaan UN
- 2025-01-26 09:50:06KPK Periksa Eks Anggota DPR Riezky Aprilia di Kasus Harun Masiku
- 2025-01-26 09:50:06Membedah Gagasan Sudirman Said Seandainya Maju Pilgub Jakarta
- 2025-01-26 09:50:06Mengapa Sampai Ada Pagar Laut di Bekasi?