PDIP Solo Gelar Aksi Cap Jempol Darah, Dukung Mega Jadi Ketum
"Apakah saudara sekalian seluruh kader PDIP di Kota Surakarta tetap mencintai Bu Megawati Soekarnoputri? Siap mendukung beliau menjadi Ketua Umum? Siap tanda tangan dengan cap jempol darah merah? Kalau siap, ini merupakan salah satu hal yang dimulai dari sekian ribu kader PDIP di Kota Solo," tegas FX Rudy saat memberikan sambutan HUT PDIP ke-52 di kantor DPC PDIP Solo, Jalan Hasanuddin, Purwosari, Solo, Jawa Tengah, Jumat (10/1/2025).
"Cap jempol darah bukan hanya darah yang dikeluarkan, namun kita siap berkorban sampai darah penghabisan untuk menjadikan Ketua Umum Ibu Hj Megawati Soekarnoputri di Kongres PDIP," lanjutnya.
"Siapapun yang akan mengganggu kongres partai, maka kita siap melawan. Darah saja diberikan kalau hanya diajak berantem merusak kongres ya digebuki sekalian. Hanya satu kata, lawan bersama," kembali tegas mantan Wali Kota Solo tersebut.
Usai ditemui kegiatan apel, FX Rudy menjelaskan alasan dirinya bersama 3.000 kader PDIP Solo mendukung Megawati kembali menduduki jabatan ketum karena putri Presiden pertama RI, Soekarno, itu mampu menyatukan seluruh kader partai.
"Satu yang mesti kita sampaikan, karena ketua umum PDIP ini adalah satu-satunya ketua umum yang taat konstitusi. Dan kedua Ketua Umum PDIP satu-satunya ketua umum perempuan dengan usia 77 tahun, masih mau dan mampu untuk menyatukan kader PDIP dari Sabang sampai Merauke," urainya.
Rudy mengatakan, umur Mega yang menua bukan masalah. Ia beralasan, kerja Mega sebagai ketua umum bisa disiasati dengan menunjuk pengurus partai yang bisa membantu kerja ketua umum.
"Nanti kan kepengurusan akan dibentuk tergantung keputusan ibu karena hak prerogatif ada di tangan Ketum," imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, FX Rudy menilai ujaran eks Politikus PDIP, Effendi Simbolon, yang meminta Megawati melepas kursi ketua umum tidak etis. Ia beralasan, Effendi sudah bukan kader partai berlambang banteng itu.
"Itu nggak bisa, karena Pak Effendy Simbolon sudah dipecat dari partai itu ya tidak boleh dan tidak etis membicarakan oleh organisasi orang lain," tegas FX Rudy.
FX Rudy menilai, Effendi adalah kader yang tidak loyal dan militan. Ia menyinggung Effendi sebagai orang yang melarikan diri karena tidak mendapat jabatan. Ia pun yakin aksi Effendi tidak mempengaruhi Kongres PDIP.
Sementara itu, terkait kasus Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, FX Rudy menilai sebagai aksi kriminalisasi dan mengarah untuk mengganggu kongres. Ia beralasan, kasus suap sudah berakhir sehingga tidak perlu ditangani.
"Justru itu, persoalan ini kan sudah selesai. Yang menerima suap juga sudah keluar dari hukuman. Lha kenapa diproses pada saat jelang PDIP menggelar kongres. Memperpanjang atau mengajukan kongres itu adalah hak prerogatif Ketua Umum yang diatur dalam AD/ART partai," terangnya.
Selain itu, FX Rudy juga berencana meminta kepada Megawati untuk menggelar Kongres PDIP tahun 2025 di Solo. Ia menilai, Kota Solo bisa menggelar kongres partai.
"Kan Solo sudah punya tempat yang besar kalau nanti kongres diizinkan ditarik ke Solo," kata FX Rudy.
FX Rudy pun mengaku akan bertemu dengan pengurus partai untuk menemui Megawati dan meminta Solo menjadi tuan rumah kongres. "Ya nanti kan saya menyampaikan tidak harus dengan ibu, dengan pengurus DPP kan bisa. Namun saya ke Ibu sendiri juga berani ngomong sendiri," sebut FX Rudy.
Baca juga:
- Mega Kritik Kerja KPK di HUT PDIP: Yang Diubrek-Ubrek Hasto Wae
- Hasto Sebut Kader Akan Minta Mega Jadi Ketum dalam HUT PDIP
saya ingin berkomentar
- kirim
Komentar Terbaru(0)
- tidak ada komentar
OLXTOTO menyarankan
- 2025-01-27 18:11:28Zaman yang Menggugah Sejarawan
- 2025-01-27 18:11:28KPK Tidak Tangani Dugaan Korupsi Jokowi jika Tak Terima Laporan
- 2025-01-27 18:11:28Beragam Keluhan Layanan BPJS Kesehatan dan Solusi yang Dinanti
- 2025-01-27 18:11:28Ombudsman Imbau Pemerintah Buat Saluran Pengaduan Program MBG
- 2025-01-27 18:11:28Prof Zullies: Jika Sebar Info, Pastikan Data Valid & Terpercaya
- 2025-01-27 18:11:28Alasan Imam
- 2025-01-27 18:11:28Nusron Benarkan Pagar Laut Banten Memiliki Sertifikat HGB & SHM
- 2025-01-27 18:11:28DPR Pangkas Biaya Manajemen, Anggaran MBG Tetap Rp71 Triliun
- 2025-01-27 18:11:28Nelayan Sambut Positif Pemerintah Bongkar Pagar Laut Banten
- 2025-01-27 18:11:28KPBB Usul Cukai Karbon Kendaraan Bermotor Gantikan PPN 12 Persen
Peristiwa Panas
- 2025-01-27 18:11:28Pemprov DKJ Minta Korban Kebakaran Kemayoran Pindah ke Rusun
- 2025-01-27 18:11:28Komite Percepatan Transformasi Digital Dibuat demi Pajak Lancar
- 2025-01-27 18:11:28BPPIK Akan Evaluasi Penyelenggaraan Makan Bergizi Gratis
- 2025-01-27 18:11:28Alasan Honda Indonesia Recall CR
- 2025-01-27 18:11:28Merekayasa Sistem Pemilu Tanpa Membunuh Demokrasi
- 2025-01-27 18:11:28Saat Nyawa Seviana Tertolong karena Pertolongan Aipda Anditia
- 2025-01-27 18:11:28OJK Blokir 8.500 Rekening Terindikasi Judi Online
- 2025-01-27 18:11:28Kronologi Pemerkosaan WNA oleh Pengemudi Ojek di Bali
- 2025-01-27 18:11:28Mimpi Khofifah, Ingin Jatim Jadi Referensi Rekonsiliasi Nasional
- 2025-01-27 18:11:28Jokowi Akui Tahu Nama Pelatih Baru Timnas usai PSSI Pecat STY
Hotspot Terbaru
- 2025-01-27 18:11:28Pertaruhan KPU: Siapkan Pilkada & Pulihkan Kepercayaan Publik
- 2025-01-27 18:11:28Alasan Imam
- 2025-01-27 18:11:28Istri Hakim Pembebas Ronald Tannur Akui Suaminya Terima Suap
- 2025-01-27 18:11:28Janji Palsu Tunjangan Kinerja, Korbankan Kesejahteraan Dosen ASN
- 2025-01-27 18:11:28Melihat Pendidikan Sikka, Teringat Frans Seda
- 2025-01-27 18:11:28Mewaspadai Tren Skema Penipuan Berbasis Kripto yang Terus Naik
- 2025-01-27 18:11:28Korban Tumpahan Soda Api di Padalarang Ambil Uang Ganti Rugi
- 2025-01-27 18:11:28B40 Berlaku 1 Januari 2025, Kuota Biodiesel Naik 20 Persen
- 2025-01-27 18:11:28Rencana Amnesti KKB Papua Harus Berlanjut pada Dialog Humanis
- 2025-01-27 18:11:28Menhan Sjafrie Bertemu Menhan Jepang Bahas Transfer Teknologi