7 Bulan Dosen Universitas Bandung Tak Digaji Buntut Korupsi PIP
Riki menuturkan alasan belum menerima upah karena pihak Yayasan Bina Administrasi selaku penyelenggara kampus tidak punya cukup uang untuk menggaji. Kondisi keuangan diaku goyang karena kasus korupsi dana Program Indonesia Pintar (PIP) yang menyeret mantan rektor sebagai tersangka.
"Sekarang itu jalan 7 bulan belum digaji termasuk bulan sekarang, untuk jumlah karyawan setahu saya sekitar 22, dan dosen 40an yang belum dibayarkan," kata Riki kepada Tirto, Jumat (3/1/2025).
Sementara itu, Riki mengakui sudah melakukan audiensi dengan pihak yayasan pengelola kampus tetapi hingga saat ini belum ada jalan keluarnya. Setiap pertemuan hanya diberikan janji manis saja.
"Berharap ada penjelasan dari pihak yayasan yang lebih masuk akal ya. tidak sekadar janji-jani, tidak cuman sekeadar menerangkan ini itu," harap Riki.
Tidak hanya para dosen yang meminta penjelasan. Mahasiswa dan orangtuanya juga meminta kepastian. Riki mengakui sudah ada 40 orang mahasiswa memilih pindah kampus. Tidak hanya itu, ada juga beberapa dosen yang mogok dan sebagai memilih untuk bekerja walaupun tidak menerima gaji.
Riki menjelaskan pada 6 Januari 2025 nanti, para dosen, orangtua mahasiswa, bersama alumni akan kembali melakukan audiensi dengan pihak yayasan. Harapannya bisa memberikan kepastian.
"Dari staf kita cuma minta hak, tapi kita prioritas sekarang jangan sampai mahasiswa kena imbasnya tetap mahasiswa harus kita selamatkan bukan hanya staf saja, jangan sampai merugikan mahasiswa juga," ungkap Riki.
Yayasan Jual Aset dan Buka Prodi Baru untuk Atasi Krisis
Sementara itu, Ketua Yayasan Bina Administrasi (YBA), Uce Karna Suganda, mengakui terdapat masalah pada pembayaran gaji di Universitas Bandung imbas kasus korupsi PIP. Setelah penutupan Fakultas Administrasi Bisnis, pihak yayasan mengakui kehilangan pendapatan. Ada tiga prodi yang ditutup yaitu Prodi Administrasi Publik, Prodi Administrasi Bisnis, dan Magister Administrasi Publik.
“Bayangkan 2.000 mahasiswa hilang, pendapatan dari mahasiswa tidak ada. Ditutup 2023,” kata Uce saat dihubungi beberapa waktu lalu.
Uce menjelaskan, setelah tiga prodi ditutup menyisakan Fakultas Kesehatan dan Teknik yang memiliki sekitar 300 mahasiswa. Pendapatan yang didapatkan diakui tak cukup untuk membayar upah para pekerja.
“Jadi, memang kita tidak bayar, ya, karena uangnya tidak ada,” sebut Uce.
Uce mengatakan, saat ini yayasan tengah berupaya mencari uang untuk menjual aset yakni bangunan di Kampus 1 yang berada di Cipagalo Girang no 24, Margasari, Kota Bandung. Tetapi belum ada yang laku.
Tidak hanya itu, upaya lain yang ditempuh, yayasan akan membuka prodi baru dan menjaring investasi.
“Makanya saya balikan, ada tidak pemasukan, kan tidak ada? Nah, untuk mengatasi itu kita kerja sama, kita rencananya akan bangun prodi baru sehingga bisa menerima mahasiswa baru lagi. Semoga Januari ini, kalau mahasiswa sudah masuk, target dari tim kita sih 1000-an dulu. Di samping itu, kita mencari investasi, semoga bisa kerja sama, bisa stabil lagi, bisa membayar gaji,” kata Uce.
Baca juga:
- Cerita di Balik Mahasiswa UIN Jogja Uji Materi PT 20% ke MK
- Apa Faktor Utama Penyebab Kecelakaan Jeju Air?
saya ingin berkomentar
- kirim
Komentar Terbaru(0)
- tidak ada komentar
OLXTOTO menyarankan
- 2025-02-01 08:05:39Kemendikti Saintek Siap Jalankan Wacana Kampus Kelola Tambang
- 2025-02-01 08:05:39Pigai Minta Kemensos Bantu Kehidupan Korban Pelanggaran HAM
- 2025-02-01 08:05:39Masalah Program MBG Harus Dibenahi agar Tak Bahayakan Anak
- 2025-02-01 08:05:39Bisakah Debt Swap Jadi Solusi Kurangi Utang Sembari Merawat Alam
- 2025-02-01 08:05:39Cerita Aiman Witjaksono Pilih Berpolitik & Dilaporkan ke Polisi
- 2025-02-01 08:05:39Patrick Walujo soal Fraud CEO eFishery: Benar
- 2025-02-01 08:05:39Koalisi Masyarakat Desak Polisi Setop Pelaporan Bambang Hero
- 2025-02-01 08:05:39Bahlil: Belum Ada Rencana Pemangkasan Produksi Nikel di 2025
- 2025-02-01 08:05:39Menhub Ingin Maskapai Fly Jaya Sudah Beroperasi sebelum Lebaran
- 2025-02-01 08:05:39Alasan Komnas HAM Mendorong Penggunaan E
Peristiwa Panas
- 2025-02-01 08:05:39Jokowi soal Polemik HGB di Laut Tangerang: Dicek Proses Legalnya
- 2025-02-01 08:05:39Akankah Perekonomian Membaik usai BI Turunkan Suku Bunga Acuan?
- 2025-02-01 08:05:39Kabinet Israel Akhirnya Setuju Genjatan Senjata di Gaza
- 2025-02-01 08:05:39Polisi Masih Dalami Penyebab Kebakaran Glodok Plaza
- 2025-02-01 08:05:39Pertambangan di Papua dan Ilusi Kesejahteraan
- 2025-02-01 08:05:39Bahlil Sebut Data Penerima Subsidi BBM Sedang Disusun BPS
- 2025-02-01 08:05:39Kasus PMK di Bantul Bertambah: 337 Terjangkit, 37 Sapi Mati
- 2025-02-01 08:05:39DPR akan Evaluasi Mendikti Saintek usai Didemo Ratusan ASN
- 2025-02-01 08:05:39Jalan Tengah Krisis Pengungsi Rohingya
- 2025-02-01 08:05:39Akankah Perekonomian Membaik usai BI Turunkan Suku Bunga Acuan?
Hotspot Terbaru
- 2025-02-01 08:05:39Pria Ditemukan Gantung Diri di Bekasi, Diduga Akibat Percintaan
- 2025-02-01 08:05:39Menyoal Ide Konyol Trump Merelokasi Warga Gaza ke Indonesia
- 2025-02-01 08:05:39Pembatasan Gadget & Medsos Jangan Halangi Anak Akses Informasi
- 2025-02-01 08:05:39Gelembung eFishery Pecah: Guncangan Besar bagi Startup Indonesia
- 2025-02-01 08:05:39Hak Angket Bukan Kepentingan Paslon 1 & 3, tapi Semua Parpol
- 2025-02-01 08:05:39Kebakaran Melanda Glodok Plaza, 7 Orang Masih Terjebak
- 2025-02-01 08:05:39Tersangka Pembunuh Sandy Permana Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara
- 2025-02-01 08:05:39Pergub DKJ Soal Poligami ASN Nirfaedah & Tak Adil bagi Perempuan
- 2025-02-01 08:05:39Asa dan Gagasan Bima Arya demi Bertarung di Pilkada Jabar 2024
- 2025-02-01 08:05:39Israel Serang Gaza di Tengah Proses Gencatan Senjata