Gurih dan Pedas: Aceh di Antara Kuliner dan Desing Peluru
Di tengah kesibukannya yang mondar mandir Jakarta, Bandung, dan Bali sebagai DJ dan aktivitas pekerjaan lainnya, malam itu kami berbincang tentang kenangannya saat SD dan SMP-nya di Meulaboh. Tempat ini bikin saya teringat tempat Teuku Umar wafat karena pengkhianatan, dan adegan heroik Cut Nya Dhien --dalam film garapan Eros Djarot-- yang berhasil memasuki kawasan tersebut dengan menyamar, dan kemudian disuguhi makanan kesukaan Cut Nya; ikan kerling. Ini adalah sejenis ikan air tawar yang tergolong besar, mirip seperti gurami.
Masyarakat Aceh, biasanya mengolah ikan kerling menjadi masakan asam keueng, asam pedas dengan sensasi rasa yang beragam; dari asam, asin, pedas, yang menjadi satu dengan bercampur kuah yang kekuningan.
Panji secara detail menceritakan kisah tersebut sebagai peristiwa menjelang wacana referendum Aceh, dan ketika GAM sedang berusaha menyerang kantor Polres Aceh Barat. Peristiwa berbalas rentetan senapan yang berlangsung kurang lebih 15 menit itu, dia rasakan nyaris seperti satu jam.
Namun di Aceh, suara letusan senjata seperti makanan sehari-hari. Saking biasanya, anak-anak seusianya sangat mudah mengenal jenis-jenis senapan yang biasa dipakai GAM atau TNI, dan membicarakannya seperti sedang membicarakan mainan.
Untung ingatan tentang perang bisa digantikan oleh ingatan tentang gulai pliek. Sampai sekarang, dia masih ingat komposisinya. Menurutnya, bahan baku gulai pliek ini bisa sampai puluhan jenis. Mulai dari melinjo, daging/kikil sapi, udang, kacang tanah, kacang panjang, nangka muda, jantung pisang, bawang merah dan putih, cabai merah, cabai rawit, jahe, ketumbar, jinten, lada, kunyit, lengkuas, serai, daun jeruk, bunga kencong, daun kari, kelapa, dan masih banyak lagi.
Gulai pliek ini juga kerap disebut sebagai kuah pliek-u. Nama “pliek-u” itu sendiri di Aceh dikenal juga dengan patarana; sebagai sisa atau ampas kelapa yang minyaknya sudah diperas, bahan salah satu bumbu dasar dalam pembuatan gulai pliek ini.
Panji menuturkan, gulai pliek ini dulunya adalah sejenis makanan para raja di Aceh. Ia juga kerap disantap saat jamuan acara keluarga. Aceh juga seperti beberapa daerah di Nusantara lainnya, mempunyai beberapa tradisi kuliner. Jika dalam tradisi Jawa ada nyadranyang merupakan ritual menjelang bulan Ramadan, Aceh mempunyai tradisi meugang. Ini adalah tradisi makan bersama setelah memotong sapi sebagai menu utama dalam perayaan.
Biasanya hari tersebut akan diisi dengan kesibukan dari pagi buta mengolah hidangan, sementara saat menjelang siang, hasil masakan tadi dibawa beramai-ramai untuk dinikmati bersama dengan suasana syahdu, disantap di pinggir pantai.
Selain gulai pliek, Panji juga menggemari keumamah.
Hidangan gulai keumamah kerap juga dikenal sebagai eungkot kayee. Ini adalah olahan daging ikan tongkol yang direbus, kemudian dikeringkan dengan cara diasap hingga keras seperti kayu. Karena itu banyak yang menyebut ikan ini sebagai ikan kayu (eungkot kayee).
Yang khas selain dari pengolahan ikannya, keumamah juga mempunyai satu bumbu kunci yang tidak boleh ditinggalkan, yaitu asam sunti (belimbing wuluh yang dikeringkan). Bumbu lainnya serupa bumbu gulai; juga ditambahkan santan kelapa, bawang merah dan putih, kemiri, jahe, kunyit, tomat, ketumbar, serai, cabai, daun salam koja, dll. Untuk membuat kenyang, gulai keumamah biasanya juga akan dicampur dengan kentang, kacang panjang, atau terong.
Dalam buku 100 Maknyus; Makanan Tradisional Indonesia, Bondan Winarno memasukkan gulai keumamah ini sebagai salah satu pilihan kulinernya dari Aceh. Rumah makan pilihan Bondan saat menikmati gulai keumamah di Aceh adalah RM Ujong Batee, di jalan Teuku Hasan Dek, Jambo Tapee, Banda Aceh.
Bagi Panji, ingatan tentang Aceh berisi banyak hal. Makanan favoritnya, rasa yang melekat di lidah dan otak. Namun di sana juga ada perang yang mencekam.
Aceh, India, dan Kari
Daging sapi mempunyai tempat tersendiri untuk masyarakat Aceh. Olahan daging sapi hadir, antara lain, dalam racikan kuah beulangong; kuah kari sapi khas dari Aceh Besar, yang biasanya juga hadir dalam perayaan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Salah satu jurnalis senior asal Aceh, yang juga veteran aktivis 98, Nezar Patria, menyebutkan: politik mungkin bisa memisahkan, tapi itu hanya urusan dunia yang hanya sebentar. Namun kuah beulangong, akan menyatukan kembali semua perbedaan, kuah beulangong adalah ukhuwah.
Infografik Miroso Masakan Aceh yang Kaya Bumbu. tirto.id/Tino
Kuliner Aceh dan karinya, seperti kuah beulangong tadi, sepertinya menjadi jejak kuliner yang lumrahnya banyak dipengaruhi daerah lain seperti India.
Madhur Jaffrey, penulis dan pembawa acara memasak, dalam tayangan dokumenterUgly Delicious, episode "Don't Call It Curry", mengatakan, bahwa perjalanan kari yang mendunia, mempunyai sejarah panjang terkait hubungannya dengan Inggris sebagai bangsa yang menjajahnya.
Menurut Madhur, sejak 1600 bangsa Inggris menyebut kari untuk menyebut makanan India. Kala itu, kongsi dagang Hindia Timur Britania dibentuk untuk mencari rempah di India. Di sana, orang Inggris mau tidak mau ya makan hidangan India, mereka suka, dan mengirim resepnya ke Inggris.
Hitung maju ke 1950, ada sepuluh restoran India di seluruh Inggris, dan terus bertambah, hingga kini mencapai 10.000 lebih restoran India di Inggris, yang memperkerjakan hampir 80.000 orang. Hingga bisa dipastikan, dua pertiga orang Inggris saat makan di luar, mereka akan pergi ke restoran India.
Madhur, memungkasi wawancara dalam dokumenter tersebut dengan pernyataan yang menarik;
“Inggris menjajah kami, kami benci itu. Namun kini, kami menjajah mereka dengan makanan (kari) kami” ungkapnya sambil tertawa.[]
saya ingin berkomentar
- kirim
Komentar Terbaru(0)
- tidak ada komentar
OLXTOTO menyarankan
- 2025-01-26 11:58:28Feri Amsari Bicara Kerusakan Demokrasi Kepemiluan di Era Jokowi
- 2025-01-26 11:58:28Harga Cabai Rawit Meroket Capai 34,55 Persen pada Januari 2025
- 2025-01-26 11:58:28Melihat Solo Lebih Dekat Bersama Soerakarta Walking Tour
- 2025-01-26 11:58:28Mega Singgung Ada Pihak Ingin Jadi Ketum PDIP Jelang Kongres
- 2025-01-26 11:58:28James Bond dan Realita Penyiksaan di Indonesia
- 2025-01-26 11:58:28KPK Periksa Anggota DPR Anwar Sadad di Kasus Korupsi APBD Jatim
- 2025-01-26 11:58:28Pemprov DKJ Segera Isi Kursi Kadis hingga Lurah yang Kosong
- 2025-01-26 11:58:28MKGR Buka Pintu Bagi Gibran dan Jokowi untuk Bergabung
- 2025-01-26 11:58:28RUU Minerba: Perguruan Tinggi Kelola Tambang Secara Prioritas
- 2025-01-26 11:58:28Menyoal Efektivitas Tilang Sistem Poin, Ampuh Basmi Pungli?
Peristiwa Panas
- 2025-01-26 11:58:28Pentingnya Mengakhiri Impunitas Anggota TNI
- 2025-01-26 11:58:28Danpomal: Pembunuh Wanita Tanpa Busana di Sorong Anggota TNI AL
- 2025-01-26 11:58:28Hakim MK Koreksi Frasa Penggelembungan Suara: Kondom Juga Bisa
- 2025-01-26 11:58:28Pengundian Lapak Teras Malioboro 2 di Beskalan Dinilai Curang
- 2025-01-26 11:58:28Mandiri Energi Tanpa Nuklir
- 2025-01-26 11:58:28Meutya Klaim Tak Kenal Rudy Valinka yang Dilantik Stafsus
- 2025-01-26 11:58:28Sindikat Prostitusi Internasional di Bali, 2 WNA Jadi Tersangka
- 2025-01-26 11:58:28KPK Sita 3 Motor & 1 Mobil di Kasus Korupsi LPEI, Total Rp1,85 M
- 2025-01-26 11:58:28Khoirudin soal Kemenangan PKS hingga Anggota DPRD Kampanyekan RK
- 2025-01-26 11:58:28Melihat Solo Lebih Dekat Bersama Soerakarta Walking Tour
Hotspot Terbaru
- 2025-01-26 11:58:28Karier Pesepakbola Indonesia: Muda Berjaya, Meredup di Usia Emas
- 2025-01-26 11:58:28MA Bakal Usulkan Pemberhentian Eks Ketua PN Surabaya ke Prabowo
- 2025-01-26 11:58:28KPK Tolak Tunda Pemeriksaan Hasto selama Praperadilan Berjalan
- 2025-01-26 11:58:28KPK Periksa Plt Dirjen Imigrasi soal Tim Pencarian Harun Masiku
- 2025-01-26 11:58:28Menlu Sugiono Telepon Menlu AS Bahas Kawasan Indo
- 2025-01-26 11:58:28KPK Bantah Hasto Tak Ditahan karena Megawati Telepon Prabowo
- 2025-01-26 11:58:28Menkes Budi Anggap Virus HMPV Penyakit Flu Biasa
- 2025-01-26 11:58:28OJK: Debitur dengan Kredit Tak Lancar Boleh Cicil Rumah
- 2025-01-26 11:58:28Saya Ichsan Rachmat Taufiq, Juara FIFAe World Cup 2024
- 2025-01-26 11:58:28Komdigi: Rudi Valinka Lolos Background Check Sebelum Dilantik