Klaim Pandemi SEERS Akan Terjadi pada April 2025, Apa Benar?
Disertai gambar rangkaian penyakit, termasuk COVID-19 dan cacar monyet (Mpox), akun ini menyebut bahwa pandemi 2025 akan dipasarkan sebagai SEERS. SEERS sendiri disebut kepanjangan dari Sindrom Pernapasan Enterovirus Epidemi Berat atau Severe Epidemic Enterovirus Respiratory Syndrome.
“Om BG Psikopat kampanye Virus sudah GAGAL tapi masih maksa. Lihat ini! Gates mengumumkan pandemi 2025 akan dipasarkan sebagai SEERS! Setelah kampanye pemasaran pandemi Cacar Monyet dan Flu Burung yang gagal, Kompleks Bio-Farmasi membutuhkan nama dan akronim yang lebih mengancam,” tulis akun pengunggah dalam takarirnya.
Sejak beredar pada Selasa (10/12/2024) sampai Senin (16/12/2024), unggahan ini sudah dibagikan sebanyak 10 kali, dan memperoleh 46 reaksi emoji serta 8 komentar.
Komentar dari warganet beragam, ada yang mempertanyakan terkait SEERS dan ada pula yang menyatakan kalau Tuhan telah membuat gagal orang-orang yang jahat.
Tirto menjumpai narasi serupa diunggah oleh sejumlah akun Facebook lain, seperti ini dan ini. Pada unggahan tersebut, dikatakan juga kalau pandemi SEERS akan terjadi sekitar bulan April dan menyerang anak-anak.
Namun, bagaimana faktanya?
Penelusuran Fakta
Tim Riset Tirto melakukan penelusuran Google untuk memeriksa klaim yang beredar. Setelah mengetik kata kunci dalam Bahasa Inggris. yakni “upcoming pandemicSEERS”, kami menemukan narasi ini telah dinyatakan hoaks oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dan beberapa lembaga pemeriksa fakta seperti AP News.
Tak seperti narasi unggahan, SEERS merupakan virus fiktif yang dibuat sebagai bagian dari simulasi latihan kesiapsiagaan pandemi untuk para pejabat kesehatan masyarakat dan pemerintah. Latihan ini diadakan pada bulan Oktober 2022 di Brussels, Belgia.
Latihan yang disebut "Catastrophic Contagion" ini mensimulasikan serangkaian pertemuan dewan penasihat kesehatan darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di mana para peserta membahas cara terbaik untuk mengatasi epidemi yang terjadi di satu bagian dunia yang kemudian menyebar dengan cepat.
Dalam ringkasan acara yang tercantum di situs resmi Center for Health Security Johns Hopkins, pandemi ini dijelaskan sebagai penyakit yang memiliki "angka kematian lebih tinggi daripada COVID-19 dan secara tidak proporsional memengaruhi anak-anak dan kaum muda."
Peserta yang terdiri dari 10 menteri kesehatan saat itu dan sebelum-sebelumnya, serta pejabat senior kesehatan masyarakat dari berbagai negara, ditantang untuk membuat keputusan kebijakan yang mendesak dengan informasi yang terbatas dalam menghadapi ketidakpastian. Setiap masalah dan pilihan yang dibuat memiliki konsekuensi serius terhadap kesehatan, ekonomi, dan sosial.
Simulasi ini diselenggarakan oleh Johns Hopkins Center for Health Security, bermitra dengan WHO dan Bill & Melinda Gates Foundation (yayasan non-profit yang didirikan oleh Bill Gates dan Melinda Gates).
Center for Health Security tersebut pun telah menyatakan bahwa peristiwa yang dirinci dalam latihan itu bersifat fiktif dan sama sekali tidak menggambarkan apa yang mungkin terjadi di masa mendatang.
“Wabah fiktif yang digambarkan dalam skenario tersebut sama sekali tidak bersifat prediktif; sebaliknya, patogen dalam latihan tersebut dibayangkan murni sebagai teknik pendidikan untuk membantu para peserta menghadapi jenis-jenis dilema kebijakan yang dapat diperkirakan selama keadaan darurat kesehatan masyarakat berskala besar,” begitu bunyi pernyataan yang diberikan kepada AP News.
Pihaknya menegaskan, tujuan dari latihan fiktif tersebut yakni untuk menyoroti kesenjangan dalam kesiapsiagaan pandemi dan untuk menghasilkan ide-ide untuk inisiatif yang dapat diambil negara-negara saat ini, untuk meningkatkan kemampuan kolektif dunia dalam menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian selama pandemi di masa mendatang.
Kesimpulan
Hasil penelusuran fakta menunjukkan bahwa SEERS adalah virus fiktif yang dibuat sebagai bagian dari simulasi latihan kesiapsiagaan pandemi untuk para pejabat kesehatan masyarakat dan pemerintah. Latihan ini diadakan pada bulan Oktober 2022 di Brussels, Belgia.
Para peserta membahas cara terbaik untuk mengatasi epidemi yang terjadi di satu bagian dunia yang kemudian menyebar dengan cepat.
Jadi, narasi bahwa SEERS akan menjadi pandemi pada April 2025 telah dinyatakan hoaks oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dan beberapa lembaga pemeriksa fakta seperti AP News.
Dengan demikian, klaim pandemi SEERS bakal terjadi pada 2025 mendatang bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Decode, pembaca dapat mengirimkannya ke email [email protected].
saya ingin berkomentar
- kirim
Komentar Terbaru(0)
- tidak ada komentar
OLXTOTO menyarankan
- 2025-02-01 11:29:41Dorongan Stimulus Pemulihan Ekonomi
- 2025-02-01 11:29:41Menkop: Koperasi Susu Indonesia Belum Mampu Penuhi Kebutuhan MBG
- 2025-02-01 11:29:41Trump Akan Hadapi Vonis Kasus Uang Tutup Mulut Sebelum Dilantik
- 2025-02-01 11:29:41Kementerian Lingkungan Hidup akan Tutup 306 TPA
- 2025-02-01 11:29:41Ima Mahdiah: Pram
- 2025-02-01 11:29:41Alasan PSSI Pecat Shin Tae
- 2025-02-01 11:29:41Kemendikti Serahkan Masalah Dosen Tak Digaji ke Internal Kampus
- 2025-02-01 11:29:41Komitmen Pemerintah Bangun Transportasi Publik Masih Melempem
- 2025-02-01 11:29:41Anggota Polres Merangin Disanksi akibat Main Sirine Mobil Dinas
- 2025-02-01 11:29:41Jerit PKL Teras Malioboro Tolak Pengundian Lapak Tak Transparan
Peristiwa Panas
- 2025-02-01 11:29:41Harlah 101 NU, Kawal Kemenangan Indonesia
- 2025-02-01 11:29:41Kelanjutan HGBT Belum Jelas, Daya Saing Industri Rawan Melemah
- 2025-02-01 11:29:41Mengapa Sampai Ada Pagar Laut di Bekasi?
- 2025-02-01 11:29:417 Bulan Dosen Universitas Bandung Tak Digaji Buntut Korupsi PIP
- 2025-02-01 11:29:41PPDB 2025: Siswa Gagal Seleksi Akan Dialihkan ke Sekolah Swasta
- 2025-02-01 11:29:41Kecelakaan Beruntun di KM 97 Tol Cipularang, 2 Orang Luka
- 2025-02-01 11:29:41Jerit PKL Teras Malioboro Tolak Pengundian Lapak Tak Transparan
- 2025-02-01 11:29:41Polisi Kejar Pelaku Penembakan Pengacara Hingga Tewas di Bone
- 2025-02-01 11:29:41Cerita Panas Dingin Politik SBY
- 2025-02-01 11:29:41Bantuan Mulai Masuk ke Gaza usai Gencatan Senjata Disepakati
Hotspot Terbaru
- 2025-02-01 11:29:41Menimbang Blockchain sebagai Jalan Keluar Krisis Industri Media
- 2025-02-01 11:29:41Maskapai Lokal Perlu Didorong Penuhi Penerbangan Haji
- 2025-02-01 11:29:41Korban Tumpahan Soda Api di Padalarang Ambil Uang Ganti Rugi
- 2025-02-01 11:29:41B40 Berlaku 1 Januari 2025, Kuota Biodiesel Naik 20 Persen
- 2025-02-01 11:29:41Ketum AJI: Perlindungan pada Jurnalis Itu Kecil, Bahkan Tak Ada
- 2025-02-01 11:29:41Kejati Tahan Kadisbud Jakarta Nonaktif Iwan di Rutan Salemba
- 2025-02-01 11:29:41TNI AL Akui 3 Anggotanya Tembak Bos Mobil Rental di Tangerang
- 2025-02-01 11:29:41TNI AL Akui 3 Anggotanya Tembak Bos Mobil Rental di Tangerang
- 2025-02-01 11:29:41KPK, Kejaksaan, & Polri Siap Bawa Paulus Tannos Pulang ke RI
- 2025-02-01 11:29:41Asteris, Tanda Bintang untuk Catatan Kaki hingga Dialog Online